• Home
  • Blog
  • Jasa Geolistrik Terbaik Jakarta

Jasa Geolistrik Terbaik Jakarta

Jasa Geolistrik Terbaik Jakarta

Jasa Geolistrik Terbaik Jakarta

Geolistrik Jakarta merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. 


Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. 


Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik . Batuan yang memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri oleh arus listrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan medan induksi.


Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di permukaan yang berbeda.


Instrument Geolistrik jakarta IRES T300F 1 Dimensi :


- 1 unit IRES T300F
- 1 unit Accu
- 2 x 300 meter cable
- 2 x 100 meter potential
- 2 unit potential electroda
- 3 unit stainless electroda
- 3 unit martil
- 3 unit radio (Handy Talky)
- Jumper Cable
- Proof Calibration
- Manual Book
- Pelatihan singkat pemakaian alat

 

 

 Instrument Geolistrik Jakarta IRES T300F 2 Dimensi :


- Switching 48 channel
- Tembaga 48 stick
- Cable 2D 480 meter

Instrument Well Logging IRES :
- Current cable 4 x 0.75 - 200 meter
- Potential cable 2 x 25 meter
- Proof Calibration
- Manual Book
- Pelatihan singkat pemakaian alat


Jadi fungsi geolistrik jakarta itu sendiri adalah perencanaan tahap awal dalan pelaksanaan eksplorasiair tanah, dalam artikel beriktnya saya akan membahas tehnik pelaksaanaan geolistik hingga cara mendapatkan data akurat dari hasil pengolahan data geolistrik.


Untuk menentukan titik sumur bor dan debit air yang terkandung di dalamnya, kami pun menyediakan jasa pengukuran geolistrik yang bekerja dengan prinsip resistivity, proses pengukuran ini memiliki akurasi 90%. 

Kami melayani pekerjaan Survey Geolistrik untuk seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gambaran berikut kami sampaikan Harga Survey Geolistrik untuk daerah Pondok Gede (Bekasi) dan Jakarta Timur, yaitu. 

Harga Survey Geolistrik Rp 3.500.000 / paket

Dengan rincian sebagai berikut :

  • Jasa Survey Geolistrik 1 titik
  • 1 OrangOperator Geolistrik (On site)
  • 1 Orang Geolistrik Intepreter (Studio)
  • Akomodasi & Transportasi
  • Laporan Hasil Geolistri


  • Harga khusus Bogor,jakrta,bandung,semarang,solo dan jogja

 

Segera Hubungi kami untuk info lebih lanjut di 085640679592

INFORMASI

Pada tanggal 17 Februari 2023 kami sedang melaksanakan pengujian Geolistrik Terbaik di Jakarta untuk pembangunan gedung kejaksaan jakarta selatan dan hasil yang kami dapatkan adalah dengan pengukuran menggunakan alat risitiviti bentangan 150 m maka yg di hasilkan adalah akuifer tertekan di kedalaman mulai dari 50 meter hingga 127 meter jadi rekomendasi pengeboran dengan kedalaman sekitar 120 meter dengan tujuan pengeboran 6 in lurus.

ASAL USUL KOTA JAKARTA

Sejarah Singkat Kota Jakarta Kompas.com - 23/06/2021, 11:00 WIB 1 Lihat Foto Ilustrasi spot foto di kawasan Kota Tua Jakarta. (Dok. Shutterstock) Penulis Widya Lestari Ningsih | Editor Nibras Nada Nailufar KOMPAS.com - Sejak 1956, tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta. Sebelum ditetapkan sebagai ibu kota dan berkembang menjadi kota terbesar Indonesia, wilayah yang saat ini dinamakan Jakarta mempunyai riwayat yang sangat panjang. Riwayatnya sebagai tempat hunian manusia dimulai ketika digunakan sebagai pemukiman sederhana pada zaman prasejarah. Hal ini dapat diketahui dari situs-situs kepurbakalaan prasejarah yang ada di Jakarta. Kemudian pada masa kekuasaan Kerajaan Tarumanegara, atau sekitar abad ke-5 Masehi, wilayah ini dikenal bernama Sunda Kelapa. Sejak saat itu, Sunda Kelapa sempat beberapa kali mengalami perubahan nama dan terus tumbuh sebagai kota pusat perdagangan hingga akhirnya menjadi kota pusat kekuasaan seperti sekarang ini. Baca juga: Sejarah Nama Jakarta Asal-usul nama Jakarta Antara tahun 397-1527, wilayah yang saat ini disebut Jakarta masih bernama Sunda Kelapa dan berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu. Pada 1527, Pangeran Fatahillah dari Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Pergantian nama tersebut diperkirakan terjadi pada 22 Juni, yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai hari jadi Kota Jakarta. Jayakarta mengalami perubahan nama menjadi Batavia saat VOC menguasai wilayah ini pada 1619. Dalam sejarahnya, nama Batavia mempunyai masa hidup yang sangat lama, yakni hingga tiga abad lebih (1619-1942). Saat pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada 1942, nama Batavia diganti menjadi Djakarta atau Djakarta Tokubetsu Shi. Barulah setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai dengan meninggalkan nama Jepangnya. Baca juga: Sejarah Museum Nasional Indonesia Sejarah Kota Jakarta Pada periode Kerajaan Tarumanegara, Jakarta yang masih menggunakan nama Sunda Kelapa tumbuh menjadi sebuah kota pusat perdagangan. Menurut kesaksian para musafir Portugis, Sunda Kelapa dipimpin oleh pejabat-pejabat tinggi seperti Tumenggung Sang Adipati dan syahbandar. Kelimpahan hasil perdagangan itulah yang memikat bangsa Portugis di Malaka untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Namun, sebelum rencana itu berjalan, Pangeran Fatahillah lebih dulu merebut Sunda Kelapa pada 1527 dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Perdagangan di Jayakarta pun semakin ramai hingga timbul persaingan di antara pedagang-pedagang Eropa, khususnya Portugis, Belanda, dan Inggris. Orang-orang Eropa tersebut saling berlomba untuk memperoleh konsesi dari penguasa setempat untuk mendirikan kantor dagang. Pada 1619, Belanda memindahkan kantor serikat dagang VOC dari Banten ke Jayakarta. Baca juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Sejarah, Perkembangan, dan Isinya Setelah itu, Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia dan dijadikan sebagai pusat kekuasaan Belanda di Indonesia. Batavia pun direncanakan dibangun menyerupai kota-kota di Belanda yang berbentuk blok dan masing-masing dipisahkan oleh kanal. Seiring berjalannya waktu, Kota Batavia diperluas dan fasilitas perkotaannya senantiasa ditambah. Pembentukan Kota Batavia seringkali menyangkut kebutuhan untuk mendatangkan orang-orang dari berbagai bangsa untuk bekerja di sana. Upaya inilah yang dari awalnya telah menjadikan Batavia, yang kemudian berkembang menjadi Jakarta, sebagai suatu kancah percampuran bangsa. Pada 1959, status Kota Jakarta mengalami perubahan dari kotapraja menjadi daerah tingkat satu yang dipimpin oleh gubernur. Kemudian pada 1961, statusnya diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI).